Pelatihan Seni Kaligrafi 2023

Seiring dengan lajunya perkembangan zaman dan perkembangan kebudayaan Tiongkok, bahasa mandarin juga mengalami perkembangan yang tak kalah pesat, terutama di Indonesia. Saat ini, bahasa mandarin tidak hanya diminati oleh kalangan pelajar di Indonesia, tetapi masyarakat dari berbagai kalangan seperti karyawan, pengusaha dan lainnya juga perlahan mulai mempelajari bahasa Mandarin. Ditambah, saat ini perkembangan akan kebutuhan penguasaan bahasa Mandarin semakin meningkat. Peningkatan ini diawali sejak Tiongkok yang membuka diri untuk menjalin kerjasama bisnis maupun nonbisnis dengan negara lain. Saat ini, Tiongkok juga merupakan salah satu negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang cukup berpengaruh di pasar global.

Berbicara tentang China dan Tiongkok, negara yang dijuluki sebagai negara bambu tirai ini juga memiliki ciri khas yang membuat Negara tersebut istimewa, salah satunya adalah seni kaligrafi. Seni kaligrafi adalah seni menulis tanda-tanda bahasa. Kaligrafi Mandarin ditandai dengan orisinalitas dan kekayaan tulisan China. Kaligrafi Cina memungkinkan bidang ekspresi artistik yang sangat luas.

Kaligrafi juga dapat didefinisikan sebagai teknik menulis indah karakter Hanzi (Aksara Tionghoa) dengan menggunakan tinta yang dituangkan dalam media tulis. Kuas, tinta, kertas, dan bak tinta diperlukan untuk dapat melakukan seni lukis indah ini. Kaligrafi Tiongkok adalah salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh China dan merupakan salah satu jenis kaligrafi yang tertua dalam sejarah peradaban manusia.

Oleh karena itu, selain belajar bahasa mandarin, siswa/I juga disarankan mempelajari budaya Tiongkok salah satunya adalah Kaligrafi Mandarin (中国书法).Universitas Universal bekerja sama dengan Yunnan Art University mengadakan pelatihan pembelajaran seni kaligrafi mandarin.

Diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini, peserta dapat mempelajari dan menguasai teknik dari seni kaligrafi mandarin. Peserta yang mengikuti “Pelatihan Seni Kaligrafi 2023” adalah mahasiswa/i Universitas Universal Batam, Universitas Surabaya, UETC, dan siswa/I Sekolah Maitreyawira Palembang yang berjumlah 23 orang.

Scroll to Top